Jumat, 28 Agustus 2015

RUTH

==RUTH==
Aku cerita lagi ya. jangan lupa di Like ok??
"Ruth menangis terharu mendengar adiknya paling bungsu berhasil masuk ke Universitas ternama di London. Air matanya tak terbendung lagi, ia menangis sejadi-jadinya di sudut ruang di Rumah sakit itu. “Makasih Tuhan… Makasih…” ucapnya lirih.
Ruth adalah seorang wanita perkasa yang terjebak dalam problematika hidup yang amat teramat menyakitkan. Sepanjang hidupnya ia tak pernah merasakan kebahagiaan sama sekali. Tercampak dan terbuang karena pilihan hidup yang harus dipikulnya.
Ia rela menghancurkan hidupnya demi Ibu dan kelima adiknya. Di setiap hela nafasnya ia selalu berharap adik-adiknya bisa berhasil meraih pendidikan yang tinggi dan memiliki kehidupan yang mapan.
Ruth adalah anak tertua dari 6 bersaudara. Kondisi keluarga yang sangat miskin tanpa seorang ayah membuat Ruth menggantikan peran Ibunya dirumah mengurus adik-adiknya yang masih kecil-kecil. Sedangkan Ibunya menggantikan peran ayah untuk mencari nafkah sebagai buruh kasar di pabrik batu bata.
Ayahnya pergi begitu saja meninggalkan Ibunya, Ruth dan adik-adiknya dengan alasan merantau untuk mencari uang. Walau berat melepaskan, ibunya yang saat itu mengandung 2 bulan merelakan suami tercintanya pergi. Tak disangka itulah pertemuan terakhir mereka.
Kehidupan selalu berjalan dan tak pernah berhenti, Ibunya pun berjuang menghidupi keenam anaknya dengan menjadi buruh kasar. Kulitnya menjadi hitam legam karena terik matahari, dan telapak tangannya berubah kapalan. Hal yang paling menyakitkan terjadi saat Ruth memilih untuk menghentikan Pendidikannya di bangku kelas 2 SMP agar bisa menjaga adik-adiknya yang masih kecil-kecil dirumah. Apalagi terbentur masalah biaya, dengan sangat menyesal ibunya mengikhlaskan Putri nya itu untuk putus sekolah. Tinggal Joseph dan Hendra lah yang masih terus sekolah masing-masing duduk di bangku kelas 3 dan 4 SD. Itupun karena mendapatkan subsidi pemerintah, mereka belum ada rencana untuk melanjut ke SMP. Terpikirkan pun belum. Saat suaminya membuat sebuah prahara besar dikeluarga besar mereka, mereka seakan putus hubungan dengan seluruh sanak saudaranya.
Suatu hari, Ibunya mengalami sebuah kecelakan di pabrik. Saat hendak membakar potongan-potongan batu bata, tanpa ia sadari Potongan batu bata yang sudah terbakar dan masih panas jatuh menimpa kaki kirinya. Ibunya meronta-ronta kesakitan melihat punggung kaki kirinya melepuh, ia pun dibawa ke puskesmas dan mendapat perawatan. Selama kakinya dibalut perban, Toke (bosnya) melarangnya bekerja di pabrik. Ibunya pun hanya pasrah dan berdiam diri dirumah saja. Apalagi lukanya cukup parah, ia butuh bantuan untuk pindah dari satu tempat ketempat lain.
Kini Ruth berperan penuh mengurus Ibu dan adik-adiknya. Tere, adiknya paling bungsu selalu digendongnya ke ladang orang untuk meminta ubi kayu pada orang. Ternyata trik itu selalu berhasil membuat orang lain luluh dan kasihan. Hanya begitulah langkah yang bisa diambil Ruth untuk memberi makan Ibu dan adik-adiknya. Sedangkan Joseph dan Hendra lebih suka mengutip dan mengumpulkan beras-beras yang jatuh di lantai dari karung di toko-toko penjual beras.
Hampir 2 tahun berlalu, suatu ketika ada tetangga mengatakan pada Ruth bahwa ayahnya telah berhasil di kota Batam. Ruth sangat senang mendengar kabar itu, ia memberitahukan pada Ibunya. Ibunya juga ikut senang mendengarkan kabar itu. Ruth berencana mencari ayahnya di kota Batam, dia yakin ayahnya sangat merindukan mereka. Terjadilah perdebatan antara Ruth dan Ibunya. Ruth bersikeras untuk pergi sedangkan ibunya tak mengijinkan, ia takut terjadi hal yang tak diinginkan pada putri sulungnya itu.
Namun, mendengar nasehat dari beberapa tetangga dikampung bahwa ada baiknya juga Ruth mencari ayahnya ataupun bekerja di Batam agar dapat membantu perekonomian mereka, akhirnya Ibunya pun merelakannya. Dengan meminjam uang dari Toke, akhirnya Ruth pun diberangkatkan ibunya merantau ke Pulau Batam.
Tanpa adanya alamat pasti dari ayahnya ataupun kabar keberadaan ayahnya, Ruth nekat mencarinya ke Pulau Batam. Dengan menumpangi Kapal Kelud, akhirnya Ruth pun sampai di pulau Batam. Ia sempat ketakutan saat berada di Pelabuhan Sekupang Batam. Tak tau arah maupun tujuan, Ruth naik kesebuah bus. Sejujurnya ia sendiri tak tahu bus itu menuju kemana. Disepanjang perjalanan ia hanya bisa berdoa agar Tuhan selalu melindunginya.
Karena merasa lapar, Ruth akhirnya turun dari bus itu. Ia makan disebuah rumah makan Padang. Setelah itu ia berjalan tak tentu arah, sekian jauh perjalanannya ia pun kelelahan. Ia duduk disebuah Halte, tiba-tiba ada bus datang. Ruth naik lagi ke Bus itu, kerneknya sempat menanyakan “mau kemana ito?”, Ruth hanya bisa menjawab “disana bang, nanti aku bilang pun kalo dah mau turun”. Ia tak mau dianggap tak tau tempat, karena khawatir akan ‘dibodoh-bodohi’. Akhirnya Ruth turun di daerah Jodoh (nama tempat). Saat itu waktu sudah pukul 18:30 WIB. Ruth menangis, ia ketakutan. Akan menginap dimana ia malam ini. Uang pegangannya pun hanya 500ribu.
Hampir 3 jam Ruth jalan kaki menyusuri kota Batam, ia tampak kelelahan. Ia bersandar pada dinding sebuah bangunan yang tampaknya adalah sebuah Bank yang sudah tak beroperasi lagi. Ruth menguap, ia ketiduran di tempat itu.
Tinnnn… tinnn… suara klakson dari jalan raya membangunkan Ruth, ia membuka matanya. Sepertinya sudah 3 jam dia tertidur di bangunan tua itu. Dia pun melanjutkan perjalanannya lagi, saat ia memasuki sebuah gang. Tampak banyak perempuan-perempuan berpakaian seksi bercengkerama satu sama lain. Mereka hanya cuek melihat Ruth yang terheran-heran melihat pakaian mereka.
Ruth bertanya pada salah satu diantara mereka, “Ka, sudah jam berapa ini?”
“Oh… ini jam setengah dua dik. Emangnya kamu dari mana? Bawa tas segala” jawab perempuan itu ramah.
“aku dari Sidikalang ka, mau cari bapakku” jawab Ruth.
“oh my gosh, jauh sekali kamu dek… bapakmu gak ada disini. Kamu udah makan?
“udah ka, tadi siang”
“astaga, pasti kamu sekarang kelaparan ya?”
Ruth hanya terdiam, dipegangnya perutnya yang memang sudah dari tadi bergema meminta diisi. Perempuan yang dipanggil Gema itu tersenyum iba melihatnya, ia mengajak Ruth ke kereta sorong penjual sate. Ia pesankan Sate lengkap dengan lontong untuk Ruth. Ruth mengeluarkan uangnya hendak membayar. “ehh.. sudah, biar kaka aja yang bayar” kata perempuan itu. Ruth mengucapkan terima kasih, ia tau sepertinya wanita itu orang yang baik.
Mereka pun berbincang bincang. Setelah mendengar cerita Ruth mengenai keluarganya hingga sampainya ia di Batam, Gema sangat kasihan pada Ruth. Ia menawarkan tempat tinggal pada Ruth. Mulai dari situ, Ruth dianggap adik olehnya.
Ruth dikenalkan pada seorang pemilik Bar agar bisa dipekerjakan sebagai waitress. Gema sangat memohon sekali agar Ruth hanya dipekerjakan sebagai waitress, bukan Pelacur sama seperti dirinya. Hari-hari pun dilalui Ruth menjadi waitress di Bar lingkungan tempat Gema mangkal. Namun lambat laun, Ruth tertarik mendapatkan uang lebih banyak lagi seperti Gema. Ia ingin sekali mengirim uang pada Ibunya dikampung.
Ruth menanyakan hal itu pada Gema, kontan Gema terkejut. Ia membantah habis-habisan Ruth. Ia tak ingin Ruth seperti dirinya. Perkelahian pun terjadi, Ruth ngotot ingin jadi pelacur demi mendapatkan uang banyak. Gema akhirnya mengusir Ruth. Ruth meminta bantuan pada bosnya si manager di bar tempatnya bekerja. Ia pun dikenalkan pada seorang Pria hidung belang, itulah langkah awal kehancuran hidup Ruth.
Ia berhasil menciptakan banyak uang dari pekerjaannya sebagai wanita tunasusila. Ia lancar mengirimkan uang pada ibunya. Mulai dari situ, adik-adiknya kembali sekolah. Ibunya tak pernah menaruh curiga pada Ruth, ia yakin putri sulungnya itu mendapatkan pekerjaan yang layak.
Bertahun-tahun dijalani Ruth menjadi Pelacur kelas atas di Batam. Ia terkenal dengan nama Rachel.
Adik-adiknya sukses bersekolah. Joseph menjadi Polisi, Hendra sedang magang sebagai pengacara muda, Rosa adik keempat menjadi PNS, Tommy adik kelima sedang sibuk kuliah jurusan Pertanian di Medan, dan Tere adiknya yang paling bungsu masih duduk di bangku SMA kelas 2 saat itu. Selama bertahun-tahun, Ruth lah yang berjuang mendapatkan uang untuk keperluan sekolah adik-adiknya. Ia sama sekali tak pernah pulang kekampung halamannya. Saat wisuda Joseph, Hendra dan Rosa, Ruth selalu membuat alasan sedang berada di Luar Negeri. Ia tak ingin adik-adiknya melihatnya. Ia merasa malu pada adik-adiknya dengan statusnya.
Suatu malam, saat di Bar, Seseorang yang mengenal Ruth melihatnya sedang asyik bermesraan dengan pria hidung belang di sofa empuk kelas VIP di sudut Bar itu. Kini ia tau dari mana sumber kekayaan Ibu Ruth dikampung. Ia pun memberitahu pada orang kampung, apa sebenarnya pekerjaan Ruth di kota Batam. Bagai tersambar petir, Ibunya murka mendengar orang kampung kasak kusuk menceritai putrinya itu. Ibunya berkelahi dengan ibu-ibu dikampung, ia tak ingin orang berpandangan negative akan Putrinya itu. Hatinya seakan dicabik-cabik saat orang kampung mengata-ngatai putri kesayangannya itu “Lonte”.
Ibunya menelepon Ruth, berharap semua perkataan orang mengenainya adalah bohong. Ruth menangis, ia hanya bisa berbohong pada ibunya itu. Ia mengatakan kalau ia berbisnis pakaian dengan orang Singapore. Ibunya berusaha percaya, akan tetapi ia menyuruh Hendra melacak kakaknya itu diam-diam. Hendra pun berangkat ke Batam tanpa memberitahu kakaknya itu terlebih dahulu. Berbekal info dari seseorang yang pernah melihat kakaknya, Hendra pergi ke Bar itu sebagai tamu tepat pada pukul 00.00 WIB.
Tidak lama kemudian, melalui cahaya samar-samar dari lampu Bar. Ia melihat Ruth yang mengenakan pakaian teramat seksi sedang sibuk melayani tamu-tamu kelas VIP di Bar itu. Hendra geram, ia menjumpai kakaknya itu. Saat Ruth menoleh, Hendra menampar Ruth dengan teramat keras hingga membuatnya jatuh ke pojok sofa. Hendra menangis dan mengutuk kakaknya.
Ruth menangis dan memohon ampun pada adiknya itu, namun Hendra sudah pergi meninggalkannya. Ruth meraung dan meronta, ia menangis dan menangis sejadi-jadinya.
Pagi harinya Hendra bergegas pulang ke Medan, ia menelepon ibunya dan Joseph. Ia menceritakan kisah pertemuannya dengan Ruth. Dan membeberkan apa pekerjaan Ruth selama ini di kota Batam. Ibunya menangis histeris, ia stress dan malu pada warga. Ia tak mau lagi berinteraksi dengan tetangga, Rosa pun hanya bisa menangis mendengar kabar kakaknya. Tommy dan Tere tidak diberitahukan mengenai kabar Ruth.
Siang itu juga, Ruth ingin segera pulang dan bertemu langsung dengan ibunya di kampung. Ia ingin meminta maaf.
Setibanya Ruth di kampung, para warga sudah kasak kusuk mencemooh Ruth. Ruth berusaha tegar, ia melangkah memasuki pekarangan rumah yang sudah 180 derajat berubah dibanding rumah yang dulu ia tinggalkan. Mata Ruth berkaca-kaca saat melihat ibunya duduk di kursi bersama Rosa.
“Omak??” katanya. Ibunya berdiri saat melihat Ruth berada dipintu, rasa rindu yang tak terbendung dan jijik becampur menjadi satu. Vas bunga di atas meja langsung ia lemparkan tepat mengenai kening Ruth, “Lao ho babi…!!! Ai Lonte do ho… ai lonte do hape boruku Tuhaaan…!! ooo….” ratap ibunya sampai terkulai.
“Omak… maaf omakk…” Ruth menangis sambil darah dari keningnya menetes.
“Kakaaak…”, Rosa langsung berlari memeluk kakaknya itu. Ruth menangis dan menciumi adiknya itu. Tiba-tiba Joseph dan Hendra muncul dari dapur. Hendra menarik Rosa.
“unang haol i ito, dang kakak ta bei” kata Hendra.
Ruth tertunduk di tiang pintu, sambil menangis. Ia mengatupkan kedua tangannya seolah menyembah meminta maaf. “maaf hon kakak dek… dang adong na boi tarbahen au lao pasikkolahon hamu kecuali songonon…” kata Ruth sambil menangis.
“Amangoiii amang Ruuuuth… dangol nai jo ho boruuuuu…. Oh Tuhaaann, boasa ikkon songonon jabbar ni borukooon….” Teriak ibunya.
Orang kampung berduyun-duyun menyaksikan adegan yang sangat mengharukan itu. Rata-rata mereka menangis dan menyesal telah mengolok-olok Ruth.
“Lao ma ho boruuu… dang dison be hutam… sotung iboan parhuta anon ho borukuuu…” kata ibunya. Joseph, Hendra dan Rosa menangis terisak-isak. Joseph segera merangkul kakaknya itu, ia membawa kakaknya keluar. Ia khawatir warga akan mempermalukan kakaknya.
“Lao ma ho Ka… unang be mulak ho tuson…” kata Joseph sambil menangis melap kening kakaknya.
Ruth memandangi wajah Joseph, ia mengatupkan kembali tangannya menyembah adiknya itu. “Maafhon kakak da dek… sai hasea ma hamu sude” kata Ruth sambil menangis. Joseph pun memeluk kakaknya itu, dan segera berlalu setelah Ruth masuk kedalam angkot. Rosa menangis memeluk ibunya, Hendra lari kekamarnya dan segera menguncinya. Joseph langsung menutup pintu dihadapan tetangga-tetangga yang banyak menyaksikan kejadian itu.
Setelah kejadian itu, Ruth selalu berusaha mencoba bunuh diri. Namun selalu digagalkan teman-temanya. Ia akhirnya menjalani perawatan di pusat rehabilitasi gangguang kejiwaan. Dan ia dikurung di salah satu ruangan khusus di Rumah Sakit itu sampai ia berhenti mencoba bunuh diri. Ia selalu meminta pada rekannya untuk cari info mengenai adiknya Tommy dan Tere. Ia bahagia sekali saat mengetahui Tommy sebagai lulusan terbaik. Dan Tere lulus di Universitas ternama di London.
Sesekali Joseph datang menjenguk Ruth ke rumah sakit.
Namun suatu ketika, kondisi Ruth melemah. Ia terbaring tak berdaya di tempat tidur pasien. Ada pendarahan dari rahimnya, beberapa kali mengalami pengguguran kandungan saat jadi PSK membuat rahimnya bermasalah. Ia harus dilarikan ke Rumah Sakit khusus.
Ruth koma. Ibu dan adik-adiknya datang menjenguknya dirumah sakit. Tommy dan Tere pun ikut serta. Mereka berdua sudah tau cerita Ruth. Saat melihat kondisi Ruth, mereka menangis tersedu-sedu. Hendra memohon maaf pada kakaknya itu. Ia terlalu emosi.
“Ruth.. dungo ma inang. Bereng jo bohini si Tere na ioppa-oppa mi” kata ibunya menarik tangan Tere yang sudah menangis tersedu-sedu.
“Ka… di ingot ho dope na mangallang gadong hita na ujui?” kata Rosa
Tiba-tiba Ruth membuka mata, sejuntai embun menganak sungai dari pelupuk matanya.
“dangol nai jo ho boruku… boasa ikkon songoni bagianmi inang” ratap ibunya.
“Omak… boasa ma sai solsolanmu borum na dangol on? Omak… apusi ma ilum, sude hutaon doi pasonang ma roham” kata Ruth lirih.
Ibunya menangis sejadi-jadinya dan mencium putrinya itu. Takdir sudah ditentukan, Ruth menghembuskan nafas terakhir dipelukan ibunya. Misinya telah selesai. Tuhan mengabulkan doanya, adik-adiknya semua sukses. Ruth salah satu kakak terbaik didunia, ia sanggup menukarkan masa depannya demi kebahagiaan Ibu dan adik-adiknya."
“Inang boasama tangishonon mu
Sude sitaonokki
Inang boasa ma sai solsolan mu
Sude sidangolonhi sude halungunon hi
Arian nang bodari ale inang
Ilum sai maraburan
Sibaran lapa lapa ale inang
Unang be sai solsoli
Inang sai tangiang hon au inang da
borum nadangol on
Inang pabulus ma roham inang da
Sude hutaon doi
Pasonang ma roham”
NB: kisah ini adalah kisah nyata, setiap nama dalam cerita ini bukan nama asli.