==Yemima==
Ini adalah kisah seorang gadis kecil Autis bernama Yemima. Dia baru berusia 5 tahun, sangat lugu dan menggemaskan. Yemima adalah anak yang terlahir bukan dari hubungan yang sah. Ibu kandungnya korban kekerasan seksual oleh beberapa Pria. Saat bayi Yemima sudah ditinggalkan oleh Ibunya dipinggir kolam dekat Taman, ia ditemukan oleh petugas kebersihan yang lantas membawanya ke kantor polisi. Singkat cerita, Yemima pun di titipkan kesebuah panti asuhan. Setelah berusia hampir 2 tahun, sebuah keluarga tionghoa berniat mengadopsi Yemima. Wajah Yemima yang sangat lucu dan juga sangat oriental dimanfaatkan pihak Panti untuk meraup keuntungan dari keluarga itu. Yemima dijual dengan harga yang cukup tinggi.
Jadilah Yemima tinggal dengan sebuah keluarga baru, mereka belum menyadari ada kelainan pada otak Yemima. Yemima sangat disayangi Ibu angkatnya, ia sangat suka saat ibu angkatnya mengepang rambutnya sehabis mandi. Suatu ketika, saat sedang mengepang rambut Yemima, sela kuku jari telunjuk ibunya tertusuk kawat konde, kontan ibunya terkejut. Yemima tertawa melihat ibunya yang saat itu mengisap darah dari jari telunjuknya. Yemima menatap ibunya kosong, ia perhatikan darah yang dihisap ibunya. Ntah apa yang dipikirkan Yemima saat itu, ntahlah… dia hanya anak autis…
Kejadian serupa terjadi saat Yemima menemani ibunya memasak didapur, mata pisau yang tajam mengiris mahkota jari manis ibunya. Secara spontan, ibunya memasukkan jarinya yang luka kedalam mulut. Yemima merasa kalau darah adalah makanan. Ia menarik jari ibunya, dan mengisap darah itu sampai kering. Awalnya ibunya tersenyum melihat tingkah Yemima, namun saat Yemima sudah mulai mengisap dan menggigit jarinya, ibunya langsung terkejut dan sedikit khawatir dengan Yemima, Yemima membelalakkan mata saat Ibunya mendorong pelan tubuhnya, ia terlihat takut dan merasa ibunya memarahinya.
Yemima sering berjalan saat tidur. Ia sering berhenti di dekat perapian di tengah ruangan itu. Kelainan otak Yemima disadari saat ia sudah berusia 4 tahun, bermula karena ia tak bisa diajak berkomunikasi, suka tersenyum sendiri tanpa sebab, mengulang-ulang perkataan orang lain dan sering berjalan saat tertidur. Ayah ibu angkatnya merasa kecewa dan terpukul saat itu, sedangkan rencananya seluruh bisnis kelak akan diserahkan pada Yemima setelah ia dewasa nanti.
Yemima pun dibawa pada seorang Biksu untuk melihat ramalan nasibnya dan pengaruh rezekinya dengan ayah ibunya (sering disebut di-Pekong-kan). Rupanya, sang Biksu mengatakan kalau garis tangan Yemima sangat menakutkan. Ia hanya akan membawa petaka, kerugian, kesengsaraan dan segala hal yang menakutkan. Sang Biksu menyarankan agar Yemima segera dibuang atau diberikan pada orang lain sebelum petaka menghampiri.
Kedua suami istri ini pun mengikuti saran dari Biksu tersebut. Yemima dibawa jauh dari kota mereka. diajak bersenang-senang terlebih dahulu lalu akhirnya ditinggal sendiri di sebuah stasiun Kereta Api yang sudah tak beroperasi lagi.
Yemima menangis ketakutan setelah tau kalau ia sendirian, terang berganti gelap ayah ibu angkatnya tak terlihat lagi. Ia menangis dan berlari tak tentu arah. Saat itu seorang pemuda jalanan melihat Yemima yang menangis tersedu-sedu. Ia mendekatinya dan mencoba berkomunikasi padanya. Namun, sang pemuda jalanan itu menjadi jengkel karena tak bisa berkomunikasi dengan Yemima. Perkataannya selalu diulang-ulang. Akhirnya timbullah rencana jahat, ia menjual Yemima dengan harga Rp.200ribu pada seorang wanita yang suka mempekerjakan anak-anak kecil sebagai pengemis. Wanita itu dipanggil Mama Wama.
Yemima diperlakukan secara tidak manusiawi dilingkungan barunya, ia selalu diejek dan dipukul karena keanehannya. Suatu ketika, Yemima terlibat selisih paham dengan anak perempuan seumurannya karena sebuah boneka usang. Yemima memukul anak itu hingga menangis. Mama Wama merasa sangat terganggu dengan tangisan cengeng anak perempuan itu.
“hoi…Kenapa kau nangis?!!!”, bentak wanita itu.
“aku dipukul si idiot Mama….” Jawab anak perempuan itu sambil merengek.
“Ya pukul lagi!!!”, bentak wanita itu sambil melotot. “Pukul dia cepat!!! Kalau nggak, kau yang akan aku pukul!!!” lanjut Mama Wama sambil memegang hanger pakaian.
Melihat Mama Wama, anak perempuan itu menjadi ketakutan. Ia langsung memukul Yemima tepat dimukanya. Mama Wama tertawa terbahak-bahak sehingga mengundang anak-anak peliharaannya mendekat. Beberapa anak yang sudah cukup besar mendorong Yemima sambil berkata “Pukul dia Idiooott…. Pukul!!!”, Yemima tersungkur tepat pada anak perempuan yang disebut Hanna sebagai lawannya itu. Hanna langsung bertubi-tubi memukul wajah Yemima. Yemima merasa perih pada wajahnya, ia tersenyum membuat Hanna kembali memukulinya. Mama Wama merasa ini semakin menarik, ia dorong Hanna hingga terbentur pada Yemima. Ia katakan pada Yemima “Jambak rambutnya.. Jambak!!!” sambil mempraktekkannya pada Yemima.
Suasana saat itu menjadi semakin rame dan riuh, kedua anak perempuan berusia 5 tahun di adu seperti binatang. Yemima semakin paham, ia tarik rambut Hanna dan memukuli wajahnya. Ia lakukan hal yang Hanna lakukan padanya. Kedua anak itu menangis namun tak dapat berhenti karena Mama Wama dan anak-anak disitu semakin mengadu mereka. Yemima dan Hanna bergulat sampai terjatuh kedalam Got. Orang-orang tertawa menyaksikan perkelahian anak kecil itu. Rupanya kepala Hanna terbentur dengan sebuah balok yang masih tertancap sebuah paku didalamnya. Hanna menangis dan darah mengalir dari sisi keningnya.
Yemima tertegun melihat darah itu, ia mengingat darah dari ibu angkatnya ia spontan langsung menjilat darah dari kepala Hanna sampai kering. Orang-orang mengernyitkan dahi dan jijik melihat sikap Yemima yang sangat aneh dan menakutkan. Tiba-tiba, Yemima menggapai balok berisi paku tadi dan bertubi-tubi menghempaskannya pada kepala Hanna. Hanna menggeliat-geliat tak berdaya, lemas dan akhirnya tewas. Yemima malah terus mengisap darah yang sudah mengucur deras dari tiap liang di kepala Hanna. Anak-anak disitu ketakutan dan berlari menjauhi Yemima yang asyik meminum darah dari kepala Hanna. Mama Wama menarik Yemima dan memukulinya habis-habisan.
Yemima kecil seperti haus akan darah, ia melihat sebuah batu dan menghempaskannya pada wajah mama Wama membuat wanita tambun itu histeris dan berteriak kesakitan menutup wajahnya. Yemima berlari menggapai Linggis berkarat yang tertancap di pot bunga, dan segera ia tusukkan kuat tepat pada leher wanita itu. Ia cabut dan tusukkan berkali-kali, seketika membuat wanita itu menggelepar-gelepar dan meregang nyawa. Yemima langsung meminum darah yang mengalir dari leher perempuan tambun itu dengan sangat buas. Ia tersenyum dengan darah memenuhi wajah dan mulutnya.
Anak-anak berteriak dan berlari ketakutan, mereka bilang kalau Yemima adalah anak setan penghuni stasiun kereta api. Mulai dari hari itu, tidak ada yang tau dimana kabar dan keberadaan Yemima. Polisi mengamankan jasad Hanna dan Mama Wama tanpa kepala. Diduga, Yemima memutuskan kepala Mama Wama menggunaan Linggis berkarat itu.
Konon, disuatu sore ada seorang pemulung sedang melintas dari sebuah ladang tebu. Katanya, dari kejauhan ia melihat seorang gadis kecil memakan kucing mentah. Tubuhnya penuh darah dan ia hanya menggunakan sebuah batu untuk menghancurkan mangsanya. Orang yakin kalau itu adalah… YEMIMA……
Jadilah Yemima tinggal dengan sebuah keluarga baru, mereka belum menyadari ada kelainan pada otak Yemima. Yemima sangat disayangi Ibu angkatnya, ia sangat suka saat ibu angkatnya mengepang rambutnya sehabis mandi. Suatu ketika, saat sedang mengepang rambut Yemima, sela kuku jari telunjuk ibunya tertusuk kawat konde, kontan ibunya terkejut. Yemima tertawa melihat ibunya yang saat itu mengisap darah dari jari telunjuknya. Yemima menatap ibunya kosong, ia perhatikan darah yang dihisap ibunya. Ntah apa yang dipikirkan Yemima saat itu, ntahlah… dia hanya anak autis…
Kejadian serupa terjadi saat Yemima menemani ibunya memasak didapur, mata pisau yang tajam mengiris mahkota jari manis ibunya. Secara spontan, ibunya memasukkan jarinya yang luka kedalam mulut. Yemima merasa kalau darah adalah makanan. Ia menarik jari ibunya, dan mengisap darah itu sampai kering. Awalnya ibunya tersenyum melihat tingkah Yemima, namun saat Yemima sudah mulai mengisap dan menggigit jarinya, ibunya langsung terkejut dan sedikit khawatir dengan Yemima, Yemima membelalakkan mata saat Ibunya mendorong pelan tubuhnya, ia terlihat takut dan merasa ibunya memarahinya.
Yemima sering berjalan saat tidur. Ia sering berhenti di dekat perapian di tengah ruangan itu. Kelainan otak Yemima disadari saat ia sudah berusia 4 tahun, bermula karena ia tak bisa diajak berkomunikasi, suka tersenyum sendiri tanpa sebab, mengulang-ulang perkataan orang lain dan sering berjalan saat tertidur. Ayah ibu angkatnya merasa kecewa dan terpukul saat itu, sedangkan rencananya seluruh bisnis kelak akan diserahkan pada Yemima setelah ia dewasa nanti.
Yemima pun dibawa pada seorang Biksu untuk melihat ramalan nasibnya dan pengaruh rezekinya dengan ayah ibunya (sering disebut di-Pekong-kan). Rupanya, sang Biksu mengatakan kalau garis tangan Yemima sangat menakutkan. Ia hanya akan membawa petaka, kerugian, kesengsaraan dan segala hal yang menakutkan. Sang Biksu menyarankan agar Yemima segera dibuang atau diberikan pada orang lain sebelum petaka menghampiri.
Kedua suami istri ini pun mengikuti saran dari Biksu tersebut. Yemima dibawa jauh dari kota mereka. diajak bersenang-senang terlebih dahulu lalu akhirnya ditinggal sendiri di sebuah stasiun Kereta Api yang sudah tak beroperasi lagi.
Yemima menangis ketakutan setelah tau kalau ia sendirian, terang berganti gelap ayah ibu angkatnya tak terlihat lagi. Ia menangis dan berlari tak tentu arah. Saat itu seorang pemuda jalanan melihat Yemima yang menangis tersedu-sedu. Ia mendekatinya dan mencoba berkomunikasi padanya. Namun, sang pemuda jalanan itu menjadi jengkel karena tak bisa berkomunikasi dengan Yemima. Perkataannya selalu diulang-ulang. Akhirnya timbullah rencana jahat, ia menjual Yemima dengan harga Rp.200ribu pada seorang wanita yang suka mempekerjakan anak-anak kecil sebagai pengemis. Wanita itu dipanggil Mama Wama.
Yemima diperlakukan secara tidak manusiawi dilingkungan barunya, ia selalu diejek dan dipukul karena keanehannya. Suatu ketika, Yemima terlibat selisih paham dengan anak perempuan seumurannya karena sebuah boneka usang. Yemima memukul anak itu hingga menangis. Mama Wama merasa sangat terganggu dengan tangisan cengeng anak perempuan itu.
“hoi…Kenapa kau nangis?!!!”, bentak wanita itu.
“aku dipukul si idiot Mama….” Jawab anak perempuan itu sambil merengek.
“Ya pukul lagi!!!”, bentak wanita itu sambil melotot. “Pukul dia cepat!!! Kalau nggak, kau yang akan aku pukul!!!” lanjut Mama Wama sambil memegang hanger pakaian.
Melihat Mama Wama, anak perempuan itu menjadi ketakutan. Ia langsung memukul Yemima tepat dimukanya. Mama Wama tertawa terbahak-bahak sehingga mengundang anak-anak peliharaannya mendekat. Beberapa anak yang sudah cukup besar mendorong Yemima sambil berkata “Pukul dia Idiooott…. Pukul!!!”, Yemima tersungkur tepat pada anak perempuan yang disebut Hanna sebagai lawannya itu. Hanna langsung bertubi-tubi memukul wajah Yemima. Yemima merasa perih pada wajahnya, ia tersenyum membuat Hanna kembali memukulinya. Mama Wama merasa ini semakin menarik, ia dorong Hanna hingga terbentur pada Yemima. Ia katakan pada Yemima “Jambak rambutnya.. Jambak!!!” sambil mempraktekkannya pada Yemima.
Suasana saat itu menjadi semakin rame dan riuh, kedua anak perempuan berusia 5 tahun di adu seperti binatang. Yemima semakin paham, ia tarik rambut Hanna dan memukuli wajahnya. Ia lakukan hal yang Hanna lakukan padanya. Kedua anak itu menangis namun tak dapat berhenti karena Mama Wama dan anak-anak disitu semakin mengadu mereka. Yemima dan Hanna bergulat sampai terjatuh kedalam Got. Orang-orang tertawa menyaksikan perkelahian anak kecil itu. Rupanya kepala Hanna terbentur dengan sebuah balok yang masih tertancap sebuah paku didalamnya. Hanna menangis dan darah mengalir dari sisi keningnya.
Yemima tertegun melihat darah itu, ia mengingat darah dari ibu angkatnya ia spontan langsung menjilat darah dari kepala Hanna sampai kering. Orang-orang mengernyitkan dahi dan jijik melihat sikap Yemima yang sangat aneh dan menakutkan. Tiba-tiba, Yemima menggapai balok berisi paku tadi dan bertubi-tubi menghempaskannya pada kepala Hanna. Hanna menggeliat-geliat tak berdaya, lemas dan akhirnya tewas. Yemima malah terus mengisap darah yang sudah mengucur deras dari tiap liang di kepala Hanna. Anak-anak disitu ketakutan dan berlari menjauhi Yemima yang asyik meminum darah dari kepala Hanna. Mama Wama menarik Yemima dan memukulinya habis-habisan.
Yemima kecil seperti haus akan darah, ia melihat sebuah batu dan menghempaskannya pada wajah mama Wama membuat wanita tambun itu histeris dan berteriak kesakitan menutup wajahnya. Yemima berlari menggapai Linggis berkarat yang tertancap di pot bunga, dan segera ia tusukkan kuat tepat pada leher wanita itu. Ia cabut dan tusukkan berkali-kali, seketika membuat wanita itu menggelepar-gelepar dan meregang nyawa. Yemima langsung meminum darah yang mengalir dari leher perempuan tambun itu dengan sangat buas. Ia tersenyum dengan darah memenuhi wajah dan mulutnya.
Anak-anak berteriak dan berlari ketakutan, mereka bilang kalau Yemima adalah anak setan penghuni stasiun kereta api. Mulai dari hari itu, tidak ada yang tau dimana kabar dan keberadaan Yemima. Polisi mengamankan jasad Hanna dan Mama Wama tanpa kepala. Diduga, Yemima memutuskan kepala Mama Wama menggunaan Linggis berkarat itu.
Konon, disuatu sore ada seorang pemulung sedang melintas dari sebuah ladang tebu. Katanya, dari kejauhan ia melihat seorang gadis kecil memakan kucing mentah. Tubuhnya penuh darah dan ia hanya menggunakan sebuah batu untuk menghancurkan mangsanya. Orang yakin kalau itu adalah… YEMIMA……
Kali ini agak thriller ya, kebetulan otakku lagi Thriller juga. Hahahahah… aku sangat butuh kritik dan saran dari pembaca semua. Maklum aku masih baru dalam menulis, jadi seadanya aja ya. Ini Pure dari imaginasi ku loh. Ok… let’s see cerita apa lagi yang akan aku luncurkan ya? I’ll come back with different story…
beghhh... tak ada yang lihat ceritaku. malangnya nasibku mamakkkk.....
BalasHapus